Jumat, 23 Agustus 2013

WELCOME TO SERAMBI MEKKAH



SELAMAT DATANG DI SERAMBI MEKKAH,  itulah sebuah tulisan terpahat di pintu gerbang  yang  dibangun tepat di tengah jalan protocol dua jalur menuju kota Banda Aceh. Jika anda seorang pendatang dari luar Aceh yang menggunakan jasa angkutan udara, anda akan melalui pintu gerbang tersebut yang hanya berjarak ± 800 meter dari bandara SIM. Jalan tersebut merupakan akses utama dari Bandara Sultan Iskandar Muda menuju kota Serambi Mekah, masyarakat setempat menamakan bangunan tersebut dengan sebutan gapura. Pintu gerbang ini terletak di desa Cot Karieng, kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar. Sebuah kebanggaan desa oleh bangunan tersebut karena setiap wisatawan local maupun mancanegara yang berkunjung ke Aceh banyak yang mengabadikan diri sambil berfoto di pintu gerbang yang beralatar SELAMAT DATANG DI SERAMBI MEKKAH tersebut. Disamping sebelah kiri pintu gerbang terdapat sebuah Mesjid, Mesjid Jamik Nurul Huda yang masih di kawasan desa Cot Karieng tersebut merupakan mesjid pertama yang anda jumpai setelah anda berangkat dari bandara SIM menuju Banda Aceh. Di Desa Cot Karieng  juga terdapat tiga sekolah yaitu, SMPN 2 Blang Bintang, SDN Cot Meuraja dan TK…….. . gedung pendidikan dan segala fasilitas yang ada sangat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai aset masa depan gampong maupun kecamatan. Cot Karieng merupakan salahsatu desa yang diangap sebagai desa yang paling besar peranannya mengembangkan potensi SDM masyarakat, mungkin saja karena tiga pasilitas pendidikan yang ada di desa menjadi panutan terhadap desa-desa lainnya yang ada di kecamatan Blang Bintang. Sebuah pernyataan dari pimpinan Angkasa Pura yang menyatakan dalam pidato singkatnya ketika berkunjung ke desa. “Saya terkejut ketika mengetahui nama desa ini Cot Karieng, hampir sama dengan “Cengkareng” nama daerah dekat dengan Bandara Internasional Sukarno Hatta.” dari pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa Cot Karieng salah satu desa yang mempunyai andil besar terhadap pengembangan masyarakat Blang Bintang. Disisi lain, desa yang juga dikenal Cot Buaya ini merupakan desa yang termasuk banyak penduduknya. Penduduk desa yang berjumlah …….. orang  atau sekitar ……kepala keluarga (KK). Ekonomi masyarakat Cot Karieng masih tergolong kelas menengah, karena mayoritas masyarakat hanya berprofesi sebagai petani. Hanya 35 % mayarakat yang mempunyai pekerjaan tetap. oleh karena itu, masyarakat yang hanya dapat memperoleh uang ketika musim panen tiba. Kondisi ini yang menyebabkan banyak pemuda desa hanya menyelesaikan pendidikannya tamat SMA, karena tidak cukup biaya untuk melanjutkan ke Universitas. Namun, mereka yang tidak kuliah terus mencari pekerjaan lainnya hingga harus meninggalkan keluarga dan kerabat. Semangat dalam menjalani hidup seperti mereka patut di acungkan jempol, pasalnya mereka tidak memilih-milih kerjaan yang mereka lakukan, asal pekerjaan yang masih dalam katagori “halal”.  
Ada banyak tradisi local yang masih di lakukan oleh masyarakat desa, seperti halnya gotongroyong ketika menyambut bulan suci Ramadhan. Kerja bakti ini melibatkan hampir seluruh warga desa, kebiasaan ini merupakan wujud keperdulian warga untuk menciptakan desa yang bersih sebelum bulan suci tiba. Tak hanya itu, dalam bulan puasa ada tradisi lain, tradisi yang begitu unik yang telah dilakukan secara turun menurun oleh masyarakat terdahulu. Tradisi tersebut ialah “Woeut Ie bu” yang artinya masak bubur kanji atau kolak. Ie bu merupakan jenis masakan yang berasal dari Aceh Besar. Bubur ini tidak di temukan didaerah Aceh lain, kalaupun ada yang pastinya akan jauh berbeda rasanya dengan daerah aslinya. Sebagian daerah di Aceh Besar tidak lagi menjalani tradisi tersebut, karena berbagai faktor, mungkin saja tidak ada lagi yang mampu membuat bumbu atau racikannya. Di Cot Karieng tradisi ini masih tetap di lakukan, biasanya seminggu sebelum bulan Ramadhan tiba, sekretaris gampong telah menginformasikan atau menempelkan jadwal petugas masak “teumagun” di papan informasi. Dalam hal ini dibutuhkan 3-4 pemuda/hari untuk mengolah bubur tersebut hingga siap untuk di dibawa pulang. Biasanya para pemuda memulainya pada pukul 2 siang, lokasi tempat pengolahan tepat di belakang meunasah Cot Karieng, orang kampung sering menyebutnya dapue atau dapur. Tradisi ini sangat dinantikan oleh semua pemuda termasuk anak-anak. Setelah ie bue matang mulai berbondong-bondong masyarakat datang ke meunasah untuk mengambil bubur tersebut secara gratis. Suasana ini tergambar bagaimana orang terdahulu yang hidup rukun, damai, saling tolong menolong untuk menciptakan jalinan persaudaraan antar masyarakat gampong yang sangat tradisional. Ini menunjukkan tradisi tersebut mengingatkan kita sebagai pewaris tradisi budaya yang hendaknya selalu menjaga dan melestarikan untuk kelangsungan hidup bagi penerus bangsa. Adapun kebiasaan lain yang dilalukan masyarakat desa Cot Karieng khususnya pemuda ialah eh meunasah dalam bahasa Indonesia artinya tidur di mushala ketika bulan puasa. Tidur yang dimaksud bukanlah tidur-tiduran seperti dirumah melainkan tidur yang dilakukan  secara berganti-gantian. Maksudnya, ketika selesai tarawih dan witir para pemuda membacakan Al-Quran secara bergantian di menasah, tradisi ini juga dikenal dengan sebutan tadarus dalam bahasa Arab artinya mengaji bersama. Para pembaca tidak diberi batasan waktu untuk berhenti membaca, artinya ketika seseorang telah capek dan mengantuk diperbolehkan tidur dan akan digantikan oleh pemuda lainnya untuk menyambung baca Al-Quran yang terhenti tadi. Memang tradisi tadarus Al-quran tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Cot Karieng, melainkan hampir di seluruh Aceh tradisi ini mungkin saja masih dilakukan.  Kebiasaan ini dilakukan hingga khatam sampai malam mak meugang tepatnya 2 hari sebelum hari Idul Fitri tiba. Tradisi ini jika di lihat dalam sejarah Aceh, telah dilakukan sejak masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Tradisi ini dilakukan sesudah shalat tarawih hingga waktu sahur tiba. Pendidikan Agama merupakan suatu kewajiban penting bagi masyarakat desa Cot Karieng, bagi anak yang sudah berumur 4 tahun telah berikan ketempat pengajian oleh orang tuanya. Tempat pengajian tersebut dinamakan dengan balee seumeubeut, dibalee inilah anak-anak mulai dididik cara membaca Al-Quran
Desa Cot Karieng terletak pada km 14 sebelah timur kota Banda Aceh. Butuh waktu tempuh 25 menit dari Ibukota Serambi Mekah. Cot Karieng yang sering  di kenal Cot Buaya ataupun pintu gerbang “gapura” karena ada sebuah bangunan yang melintangkan jalan, digapura tersebut bertuliskan SELAMAT DATANG DI SERAMBI MEKKAH. Bangunan megah tersebut tampaknya menjadi sebuah tanda tiba jika anda mengunjungi Aceh melalui jalur udara. ter merupakan gampong yang didiami sekitar 1000 orang penduduk.(Bayu)
Sumber by.Doc. Majalah Lhoh Gampoeng

Nantikan Posting Lainya(Copas Wajib Minta Izin)
Kami Mohon Maaf Atas Kesalahan Kata,Gelar,Nama dll disaat kami posting.
Terimakasih....!!

Team Redaksi Majalah Lhoh Gampoeng:
-
 Zaid Bayu Isra S.Pd  (Bayu)
- Rizwansyah S.Pd.I (Rizwan)
Diki Matias (Abie)
Muadhdhim (Azin)
Yudi Ferdiansyah (Mas Yayan)
- Dan Semua Sahabat2 Himaspta

0 komentar: