Kamis, 28 Oktober 2010

Warga Blang Bintang di Copenhagen


 WAA News Minggu 08-02-2009 Nurhalimatul Sakdiah bediri bersama suaminya (Foto oleh nai). Ternyata di kota besar sekaliber Copenhagen yang merupakan ibukota negara Denmark terdapat sebuah keluarga yang berasal dari Aceh yang selama ini luput dari pandangan banyak masyarakat Aceh lainnya yang berdomisili di berberapa propinsi berbeda Jylland dan Fyan Denmark.
 
Nurhalimatul Sakdiah (34) wanita asal Blang Bintang Aceh  Rayeuk yang bersuamikan  seorang Denmark  yang bernama Muslim Ahmed (50). Keluarga bahagia ini sekarang tinggal di Kobenhavn H sejak 2004 silam.

Kepada WAA yang berkunjung kekediamannya awal Januari lalu, Nurhalimatul Sakdiah mengisahkan bagaimana kronologis sehingga ia bisa sampai di Denmark, hingga proses perkawinannya dengan seorang Danske. 

Nur, nama singkat panggilannya merupakan seorang warga Dusun Ujung Blang, Blang Bintang Aceh Besar. Ia berangkat ke Denmark pada 2002 dan bekerja sebagai pembantu Ibu rumah tangga pada salah satu keluarga yang juga dari Aceh yang telah lebih dulu berada di Kobenhavn, Danmark.
 
Lebih kurang dua tahun berprofesi sebagai pembantu ibu rumah tangga, Nur sudah  beberapa kali di kunjungi oleh orang Denmark yang bermaksud ingin melamar dan berumah tangga dengan gadis Seramoe Mekah, kebetulan juga suami dari majikan Nur  itu juga orang Denmark yang tentunya bertanggunga jawab juga terhadap Nur.
 


Semenjak kenal, Nur langsung menawarkan sebuah syarat ketika lamaran perkawinan tersebut diungkapkan oleh “bule” (danskemand) kepadanya.
Adapun syarat penting itu adalah calon suaminya tersebut bersedia masuk ke agama Islam dan bersedia mengantikan nama Western nya dengan nama yang lebih Islamis. “Awai nan lakoe loen Olav Friis, dan jinoe Muslim Ahmed”, ujarnya.. Namun syarat yang di tawarkan Nur tersebut tidak lah menjadi hambatan kepada Olav Friss untuk meneruskan rencana perkawinannya tersebut bersama seorang putri Serambi Mekah.
 
Olav yang berstatus cerai dengan istri pertamanya dan punya dua anak laki dan perempuan yang kini beranjak remaja.Bagaimana layaknya seorang muallaf,  ia pun melakukan prosesi pengislamannya sekaligus pergantian nama baru disebuah Masjid di Kobenhavn yang dipimpin oleh seorang Imam Masjid setempat. Setelah itu Olav Friss yang telah memiliki nama islamnya Muslim Ahmed bertekad dan segera terbang ke Aceh untuk melangsungkan perkawinannya di Nanggroe Aceh Darussalam.
 
April 2004, Nurhalimatul Sakdiah dan Muslim Ahmed diijabqabulkan menjadi suami-istri di Dusun Ujung Blang yang terletak di pinggiran Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Aceh Besar. Pengantin baru (Danmark Aceh-red) itu pun menjadi tontonan dan perhatian masyarakat setempat ketika berada dipelaminan. Dengan tersenyum-senyum dipelaminan, Muslim Ahmed yang masih dijuluki “bule” merasa terharu dengan pakaian adat Aceh yang membalut ditubuhnya.. Ketika itu rias pasangan pengantin berlangsung di Rumah Aceh yang beratap rumbia dan disitulah kedua mempelai menghabiskan masa libur singkat berbulan madu.
 
Sejak mempersuntingkan wanita Aceh, Muslim Ahmed menjadi tamu paling terkenal di desa tempat Nur lahir dan rasa persahabatan sesama warga setempat pun terus terjalin sehingga memudahkan bagi Muslim Ahmed untuk melakukan komunikasi bahasa Aceh. “lakoe loen kayem meureumpok peugah haba ngon pak Geusjik watee kamoe woe u gampong”, kisah Nur kepada WAA.
Tak lama setelah itu, Nur dan suaminya bergegas kembali ke Danmark untuk memulai aktifitas rutinnya sebagaimana biasa. Mereka berdua tinggal bersama dan sesekali dikunjungi putra-putrinya.
 
Dirumah, Nur menjadi ibu yang sangat disegani oleh kedua anak tirinya. Mereka manja dan dekat dengannya sampai-sampai minta ikut liburan ke Aceh.
Selama mereka berumah tangga, tercatat sudah empat kali mereka berkunjung (rejse) ke Aceh. Terakhir pada Oktober 2008 yang lalu, tepatnya bersamaan dengan kepulangan Wali Nanggroe Teungku Hasan Muhammad Ditiro saweue Gampong 11 oktober tahun lalu. “Jeg kunne godt se ham(wali-red) pa Masjid i Banda Aceh”, sagde Muslim. (Saya dapat melihat dengan baik Wali Nanggroe di Masjid Banda Aceh).
Ketika WAA mencoba tanyakan prihal kepulangan Tengku Hasan Tiro ke Aceh, Muslim mengaku sangat tertarik terhadap tokoh kebanggan rakyat Aceh itu sambil memperlihatkan potret kamera digitalnya yang sempat mengabadikan wajah Wali pada saat itu.
 
Yang mengherankan, kata Muslim banyaknya masyarakat yang datang dari berbagai penjuru Aceh dalam rangka menyambut pimpinan tertinggi Gerakan Aceh Merdeka sehingga membuat suasana kota Banda Aceh menjadi lautan manusia dan penuh dengan arakan bendera Partai Aceh.
Di akhir pembicaraannya kepada WAA, Muslim yang berprofesi sebagai design “Kokken” pada sebuah Firma di Kobenhavn itu mengaku tertarik dengan panorama alam Aceh dan ingin selalu pulang ke Aceh setiap libur tahunan

0 komentar: